Sabtu, 31 Januari 2009

ghost of democration

GHOST DEMOCRATION
Sebuah Renungan : Hukum Rimba Raya Demokrasi Indonesia 

Oleh :
Muslim Rahmat

Pesta pora kedigdayaan kekuasaan dan kepentingan bergemuruh, memenuhi hasrat-hasrat relung pemain-pemain peruntungan untuk mencapai jabatan, baik sebagai ekskutif maupun legeslatif dengan biaya mahal maupun biaya apa adanya dan rimba raya demokrasi indonesia menasbihkan bahwa kemenangan adalah kuantitas bukan kualitas.
Poster, stiker dan berbagai branding personal bertebaran menghiasi sepanjang jalan dan media, sebagai pertanda ada pesta demokrasi terbesar, terboros, termegah dan terburuk didunia akan dilaksanakan pada 9 april 2009, tak pelak hal ini menjadi momok demokrasi indonesia. bahwa visi dan misi maupun program hanya sebagai sebuah pajangan dan arsip KPU belaka, hanya uang dan kecurangan yang menjadi kunci strategi kemenangan dalam rimba raya demokrasi Indonesia.
Tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah menjadi pualang dari semua momok mematikan demokrasi indonesia, ini dijadikan starategi ampuh bagi para pemain-pemain dalam rimba raya demokrasi Indonesia. Kualitas tidak lagi menjadi dasar masyarakat dalam memilih pemimpinnya maupun wakilnya di dewan, tapi uang adalah pilihan tepat untuk mengambil manfaat dari padatnya perang kepentingan.
Selain uang ada kunci lain untuk menang yakni dengan mengunakan kekuasaan untuk melakukan kecurangan dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apakah ini tujuan dari sebuah reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa dan masyarakat yang menginginkan perubahan? 
Ketika kita melihat film hollywood kita mengagumi kehebatan dan kedahsyatan effect dan alur cerita romantisme, namun kita tidak mengambil pelajaran bagaimana seorang Obama dimenangkan melalui strategi yang cerdas dan elegant. 
Yang menjadi pertanyaan saat ini, Apakah kemenangan dalam demokrasi Indonesia ini sudah dimenangkan melalui strategi cerdas dan elegant dan sudah memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat. Tentu jawabannya adalah tidak, karena uang dan kecurangan yang dijadikan strategi ampuh untuk menang di kancah rimba raya demokrasi Indonesia, berarti ini sebuah effect berbalik yakni seyogyanya demokrasi memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat tetapi effectnya berbentuk pembodohan terhadap masyarakat dan selanjutnya akan merugikan kepentingan masyarakat karena dalam demokrasi seperti ini, masyarakat hanya dijadikan boneka yang siap digerakkan untuk memainkan sandiwara demokrasi yang saat ini diagungkan.
Di Kalimantan Selatan banyak bermunculan wajah-wajah pejuang hak rakyat, menjanjikan untuk amanah terhadap amanat yang akan diembannya. Reformasi berbungkus orde baru memunculkan wajah-wajah pejuang kepentingan untuk melanjutkan estafet kekuasaan dari generasi penguasa-penguasa di provinsi yang mempunyai kekayaan alam ini. Hal ini menjadi bukti aktual bahwa pesta demokrasi yang semestinya dinikmati oleh rakyat namun hanya akan menjadi pesta para pejuang kepentingan yang berdalih untuk kepentingan rakyat. Korupsi diberantas, kolusi dan nepotisme politik tak terbatas.
 Apakah demokrasi kita saat ini sudah memberikan dampak positif bagi perwujudan hak-hak dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ditengah-tengah cermin buruk kesejahteraan masyarakat di negara yang kaya raya ini?...........tanya hati nurani kita semua…..Terimakasih.